DUNIA ANAK ADALAH
BERMAIN
Tahukah Bunda dan
Ayah bahwa anak-anak di seluruh dunia melakukan suatu kegiatan yang disebut
bermain? Ananda bisa bermain
sendirian maupun dengan teman dan orang dewasa. Ananda dapat bermain dengan
menggunakan alat permainan yang memang sengaja dibuat untuk anak-anak dan sudah
digunakan di seluruh dunia sejak lama. Contohnya, boneka, bola, mainan yang
merupakan tiruan dari alat-alat yang ada dalam kehidupan sehari-hari (seperti,
alat masak-masakan, alat pertukangan, alat dokter-dokteran, mobil-mobilan), dan
masih banyak lagi. Ananda juga dapat bermain dengan menggunakan apa pun benda
yang mereka temukan, seperti kayu, batu, atau daun, menjadi mainan yang mereka
inginkan. Ananda bermain seperti yang dicontohkan oleh orang dewasa atau
anak-anak lain yang lebih tua. Ananda bermain dengan suara-suara yang mereka
keluarkan atau percakapan yang mereka lakukan.
Pada dasarnya,
semua orang senang bermain, dari bayi hingga remaja, bahkan sampai dewasa.
Hanya saja, dibandingkan remaja dan orang dewasa, anak-anak menghabiskan
sebagian besar waktunya dengan bermain. Hal ini didukung oleh Deklarasi
Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) pasal 7:3 yang berbunyi, “Anak perlu mendapatkan
kesempatan penuh untuk bermain dan berekreasi, sama seperti kesempatan untuk
mendapatkan pendidikan; masyarakat dan pemerintah harus berperan aktif
mendukung pemenuhan hak tersebut.”
Nah, karena
anak-anak menghabiskan sebagian besar waktunya dengan bermain, maka tidak salah
kalau ada ahli yang mengatakan bahwa bermain adalah “pekerjaan” anak, karena
melalui bermain inilah anak akan tumbuh dan berkembang dengan baik secara fisik
maupun emosional.
Sejak bayi, ananda
sudah bermain, karena bermain adalah suatu kegiatan yang secara alamiah telah
dimiliki oleh setiap anak. Tidak seperti kegiatan berjalan, berbicara, menulis,
membaca atau berhitung, yang membutuhkan bantuan dari orang lain untuk mengajarkannya,
maka untuk bisa bermain, anak-anak tidak memerlukan orang lain untuk memulai
mengajarinya bermain. Sebenarnya, apa sih bermain itu? Secara umum orang
berpendapat, bermain adalah kegiatan yang serta-merta atau tanpa direncanakan
lebih dahulu, tidak mempunyai tujuan tertentu, dan lebih didorong oleh
kebutuhan untuk memperoleh kesenangan.
Jadi, bisa
dibilang, bermain adalah kegiatan yang menyenangkan bagi anak dan anak-anak
kita melakukannya setiap hari dengan senang hati. Dalam keadaan senang dan santai,
tanpa disadari ananda akan lebih mudah mempelajari banyak hal. Semua yang
dilihat dan didengar oleh ananda akan dengan mudah diiingat karena lebih
berkesan, sehingga sebenarnya amat banyak hal yang dipelajari oleh anak-anak
kita saat mereka sedang bermain, ingatan tersebut akan tersimpan lama dalam
long term memory.
Tentunya, kegiatan
bermain anak berbeda-beda saat mereka masih bayi dibandingkan saat berusia 2
tahun. Ketika bayi, kegiatan bermain lebih banyak menggunakan anggota tubuhnya
sendiri, kurang banyak menggunakan alat permainan, dan biasanya dilakukan
sendirian atau dengan orangtua/orang dewasa lain. Setelah berusia sekitar 6
bulan, ananda mulai senang menggunakan alat permainan yang diberikan oleh
orangtua. Sampai usia sekitar 2 tahun, biasanya ananda lebih banyak bermain di
rumah dan lebih kerap bermain sendiri atau bersama dengan saudara kandung.
Setelah masuk usia prasekolah (PAUD), barulah ananda lebih banyak bermain
dengan teman sebaya.
MANFAAT BERMAIN
Dengan bermain, anak akan tumbuh dan berkembang.
Ada 5 aspek
perkembangan yang akan dirangsang dengan bermain, yaitu:
1.Aspek Fisik-Motorik
Yang dimaksud aspek “fisik-motorik” adalah kemampuan gerak, baik gerakan kasar maupun gerakan halus. Dengan bermain, ananda diharapkan dapat mengontrol, baik gerakan kasar maupun gerakan halusnya.
Yang dimaksud aspek “fisik-motorik” adalah kemampuan gerak, baik gerakan kasar maupun gerakan halus. Dengan bermain, ananda diharapkan dapat mengontrol, baik gerakan kasar maupun gerakan halusnya.
Beberapa kegiatan
bermain yang dapat dilakukan untuk merangsang gerakan kasaradalah:
a. Gerakan-gerakan menendang atau mengisap jari jemari pada bayi.
b. Berjalan pada satu garis lurus atau mengangkat satu kaki untuk keseimbangan.
c. Dudukkan ananda di pangkuan, pegang di bawah ketiaknya, gerakkan kaki Ibu/Ayah, dan buat suara seolah-olah ananda naik mobil/motor/kuda.
d. Menangkap atau menendang bola, dan masih banyak
lagi.
a. Gerakan-gerakan menendang atau mengisap jari jemari pada bayi.
b. Berjalan pada satu garis lurus atau mengangkat satu kaki untuk keseimbangan.
c. Dudukkan ananda di pangkuan, pegang di bawah ketiaknya, gerakkan kaki Ibu/Ayah, dan buat suara seolah-olah ananda naik mobil/motor/kuda.
d. Menangkap atau menendang bola, dan masih banyak
lagi.
Beberapa kegiatan
bermain yang dapat dilakukan untuk mengontrol gerakan halusadalah:
a. Menggenggam dan menggerak-gerakkan mainan pada bayi.
b. Bermain dengan tanah liat, ubleg (?), play dough.
Kegiatan ini baik untuk melatih keterampilan mengontrol jari-jemari. Sediakan adonan sagu dicampur air, berikan pewarna makanan atau menggunakan saus tomat, kemudian minta ananda mengambil adonan tersebut ke sebuah kertas dan membuat pola atau bentuk sesuai kehendak mereka.
c. Mengambil benda-benda berukuran kecil.
Kumpulkan beberapa benda kecil seperti biskuit, permen, batu kerikil, kulit kerang, dan lain-lain, lalu minta ananda mengambil benda-benda tersebut dan menaruhnya ke dalam botol. Kegiatan ini baik untuk melatih kemampuan gerakan halus serta menyatukan gerak dan irama antara mata dan tangan.
a. Menggenggam dan menggerak-gerakkan mainan pada bayi.
b. Bermain dengan tanah liat, ubleg (?), play dough.
Kegiatan ini baik untuk melatih keterampilan mengontrol jari-jemari. Sediakan adonan sagu dicampur air, berikan pewarna makanan atau menggunakan saus tomat, kemudian minta ananda mengambil adonan tersebut ke sebuah kertas dan membuat pola atau bentuk sesuai kehendak mereka.
c. Mengambil benda-benda berukuran kecil.
Kumpulkan beberapa benda kecil seperti biskuit, permen, batu kerikil, kulit kerang, dan lain-lain, lalu minta ananda mengambil benda-benda tersebut dan menaruhnya ke dalam botol. Kegiatan ini baik untuk melatih kemampuan gerakan halus serta menyatukan gerak dan irama antara mata dan tangan.
2.AspekSosial
Melalui bermain, ananda belajar mengenal jenis kelamin mereka, bagaimana membina hubungan dengan orang lain, mengerti aturan, bisa berbagi dengan orang lain, menunggu giliran, dan mampu memahami orang lain.
Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengembangkan aspek bahasa adalah:
a. Ajak ananda bermain teka teki mengenai nama tetangga di sebelah kiri, kanan, dan depan rumah. Misalnya, “Siapakah nama ayah yang rumahnya ada di depan rumah kita?”
b. Saat ananda bermain dengan teman-temannya, ajarkan agar ia mau berbagi mainan dengan teman atau menunggu giliran.
Melalui bermain, ananda belajar mengenal jenis kelamin mereka, bagaimana membina hubungan dengan orang lain, mengerti aturan, bisa berbagi dengan orang lain, menunggu giliran, dan mampu memahami orang lain.
Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengembangkan aspek bahasa adalah:
a. Ajak ananda bermain teka teki mengenai nama tetangga di sebelah kiri, kanan, dan depan rumah. Misalnya, “Siapakah nama ayah yang rumahnya ada di depan rumah kita?”
b. Saat ananda bermain dengan teman-temannya, ajarkan agar ia mau berbagi mainan dengan teman atau menunggu giliran.
3.AspekEmosi
Melalui kegiatan bermain, ananda dapat melatih kesabaran, belajar menerima kekalahan, kecewa, mengatur emosi marah, tidak mudah menyerah, dan dapat mengemukakan perasaan mereka.
Melalui kegiatan bermain, ananda dapat melatih kesabaran, belajar menerima kekalahan, kecewa, mengatur emosi marah, tidak mudah menyerah, dan dapat mengemukakan perasaan mereka.
Beberapa kegiatan
bermain yang dapat dilakukan untuk merangsang perkembangan emosi adalah:
a. Saat bermain bersama teman, lalu mereka rebutan mainan, maka ananda akan belajar mengatur emosi mereka.
b. Anak bermain peran sebagai guru, dapat melatih rasa percaya diri.
a. Saat bermain bersama teman, lalu mereka rebutan mainan, maka ananda akan belajar mengatur emosi mereka.
b. Anak bermain peran sebagai guru, dapat melatih rasa percaya diri.
4.
Aspek Bahasa
Saat bermain,
ananda akan mendengar dan berbicara. Hal ini akan melatihnya untuk memahami
orang lain dan menggunakan bahasa untuk mengungkapkan pikirannya. Selain itu,
melalui bahasa, ananda juga belajar untuk menjalin hubungan dengan orang lain
dan menambah penguasaan kata.
Beberapa kegiatan
bermain yang dapat dilakukan untuk mengembangkan aspek bahasaadalah:
a. Membacakan buku cerita.
a. Membacakan buku cerita.
b. Menyanyi
lagu-lagu sederhana seperti “Balonku”.
c. Mengajak ananda
berbicara dan bermain cilukba pada bayi.
d. Bermain tebak
kata. Contoh, “Benda ini dipakai untuk makan, bentuknya biasanya bulat, apakah
itu?”
5.
Aspek Kecerdasan
Melalui bermain
ananda belajar bagaimana menyelesaikan masalah, meningkatkan daya ingat,
memusatkan perhatian pada suatu kegiatan, dan lain-lain.
Beberapa kegiatan bermain yang dapat dilakukan untuk meningkatkan aspek kecerdasan adalah:
Beberapa kegiatan bermain yang dapat dilakukan untuk meningkatkan aspek kecerdasan adalah:
a. Ajak ananda
menyanyikan lagu “Satu-satu aku sayang ibu” hingga selesai. Saat menyanyi dan
mengucapkan satu-satu, tunjukkan angka satu dengan jari, begitu seterusnya
hingga tiga.
b. Ajak ananda menebak nama-nama anggota wajah, lalu beri pujian bila ia berhasil menunjukkan/menyebutkan. Misal, “Ayo Nak, apa namanya ini?” sambil Ibu/Ayah menunjuk hidung atau mata, dan lainnya.
c. Bermain jual beli. Ini adalah awal ananda mengenal angka.
b. Ajak ananda menebak nama-nama anggota wajah, lalu beri pujian bila ia berhasil menunjukkan/menyebutkan. Misal, “Ayo Nak, apa namanya ini?” sambil Ibu/Ayah menunjuk hidung atau mata, dan lainnya.
c. Bermain jual beli. Ini adalah awal ananda mengenal angka.
BELAJAR MELALUI BERMAIN
Tidak seperti
anggapan salah yang sering dianut oleh banyak orang bahwa bermain adalah suatu
kegiatan membuang-buang waktu dan dapat membuat anak menjadi bodoh. Ternyata,
bermain adalah kegiatan yang menyenangkan dan dapat menjadi sarana belajar yang
baik bagi anak, karena dilakukan tanpa tekanan dan paksaan. Penting untuk
diingat, yang paling utama adalah kegiatan bermainnya itu sendiri, bukan
belajarnya. Seperti sudah dijelaskan di atas, dunia anak adalah bermain, bahkan
bermain adalah “pekerjaan” anak. Melalui kegiatan bermain, ananda belajar
mengembangkan berbagai kemampuan yang dimilikinya dengan menyenangkan dan
bahagia. Perlu dipahami, kemampuan anak usia dini untuk berkonsentrasi masih
pendek, penguasaan bahasanya juga terbatas, dan anak pun masih mudah bosan.
Oleh karena itu, anak usia dini belum siap untuk mengikuti kegiatan belajar
secara formal di bangku sekolah. Bila ananda dipaksa untuk mengikuti kegiatan
formal di sekolah, maka ia akan merasa tertekan, sehingga dapat mengalami
gangguan belajar dan gangguan perilaku.
Jadi, Ibu dan Ayah, pada saat bermain, ananda juga belajar.
Jadi, Ibu dan Ayah, pada saat bermain, ananda juga belajar.
Melalui bermain,
ananda belajar memahami bagaimana suatu benda bekerja, misalnya, bagaimana kalau
bangku didorong akan berbunyi, air akan menyebabkan basah, sendok selain
digunakan untuk makan bisa juga digunakan sebagai telepon saat bermain
pura-pura, dan sebagainya. Ananda juga akan belajar bagaimana caranya
mengekspresikan diri dengan berbagai macam cara, seperti, bagaimana caranya
bicara saat marah, kesal, tidak suka, dan lainnya. Bukan cuma itu. Pada saat
bermain, ananda pun belajar mengenal dan menggunakan berbagai macam kata baru,
terutama ketika ananda bermain pura-pura, seperti bermain jual-beli,
tamu-tamuan, sekolah-sekolahan, dan lainnya. Kegiatan bermain juga dapat
memperkuat dan mengendalikan otot-otot tubuh, serta belajar bekerja sama ketika
ananda bermain dengan teman, semisal berjalan di titian, mengendarai sepeda,
melempar dan menendang bola. Bahkan, ketika ananda menemui masalah dalam
bermain, ananda diajak untuk berpikir kreatif dan menggunakan kemampuan
memecahkan masalah. Contoh, bagaimana menghadapi teman yang tidak mau
bergantian alat bermain, bergantian menggunakan alat permainan yang sama, dan
sebagainya.
Yang penting diperhatikan oleh Ibu dan Ayah, dalam bermain, ada beberapa hal-hal yang harus dihindarkan, yaitu:
Yang penting diperhatikan oleh Ibu dan Ayah, dalam bermain, ada beberapa hal-hal yang harus dihindarkan, yaitu:
1. Pemaksaan oleh
orangtua, karena akan mengubah suasana bermain menjadi bekerja.
2. Mengeritik atau
mencemooh, sebab masih wajar kalau sesekali anak melakukan kesalahan;
3. Sikap mengatur
apa yang harus dilakukan oleh anak sehingga anak tidak mempunyai kesempatan
untuk berkreasi, berimajinasi, berani mencoba hal-hal baru.
====
KETERLIBATAN
ORANGTUA
Ibu dan Ayah diharapkan
ikut bermain bersama anak. Soalnya, keterlibatan Ibu dan Ayah dalam kegiatan
bermain dapat memberikan rasa aman dan nyaman bagi ananda, yang pada akhirnya
akan membuat hubungan anak dan orangtua menjadi lebih dekat. Ketika Ayah dan
Ibu bermain dengan ananda, orangtua sekali-sekali boleh mengarahkan, tetapi
anak tetap yang paling aktif dalam bermain. Misalnya, ketika bermain
masak-masakan, biarkan ananda yang menentukan bahan-bahan yang dipakai,
bagaimana akan memasak, dan seterusnya. Namun Ayah dan Ibu bisa ikut memesan
masakan yang disukai, “Ibu pesan gado-gado ya… tapi cabe-nya satu saja ya.”
Orangtua seharusnya lebih peka dan tanggap akan kebutuhan anak waktu bermain, dan selalu berikan dukungan sehingga anak tetap semangat bermain. Jika ananda terlihat mengalami kesulitan saat memindahkan mainan, misalnya, tanyakan, apakah ia ingin dibantu namun tidak secara langsung mengulurkan bantuan, “Sini, Nak, Ayah bantu!”, melainkan katakana, “Hmm… kayaknya berat, ya? Boleh Ayah tolong?” Bisa juga dengan menyemangatinya, “Coba Andi dorong pelan-pelan pakai kedua tangan… ya, begitu…
Orangtua seharusnya lebih peka dan tanggap akan kebutuhan anak waktu bermain, dan selalu berikan dukungan sehingga anak tetap semangat bermain. Jika ananda terlihat mengalami kesulitan saat memindahkan mainan, misalnya, tanyakan, apakah ia ingin dibantu namun tidak secara langsung mengulurkan bantuan, “Sini, Nak, Ayah bantu!”, melainkan katakana, “Hmm… kayaknya berat, ya? Boleh Ayah tolong?” Bisa juga dengan menyemangatinya, “Coba Andi dorong pelan-pelan pakai kedua tangan… ya, begitu…
pintar lo anak
Ibu.” Jadi, jangan langsung membantu agar anak tetap bersemangat dalam bermain.
Berikut ini beberapa contoh kegiatan bermain yang dapat dilakukan oleh anak bersama orangtua, sesuai dengan usia anak.
Berikut ini beberapa contoh kegiatan bermain yang dapat dilakukan oleh anak bersama orangtua, sesuai dengan usia anak.
1.
Bayi dan Anak Bawah Dua Tahun (BaDuTa)
a. Bermain
yang melibatkan gerakan pancaindra.
Bermain dimulai
secara tidak sengaja, bayi melakukan gerakan-gerakan yang ternyata membuat dia
senang, sehingga selalu diulang. Contoh kegiatan bermain ini adalah mengamati
dan menggerak-gerakkan tangan, mengemut ibu jari, menyembur-nyemburkan ludah.
b. Bermain
dengan benda.
Semua mainan yang
dapat merangsang kelima indra (berwarna terang, berbunyi, permukaan
kasar-halus, beraroma, dapat dirasakan). Mainan hendaknya cukup besar untuk
bisa digenggam oleh anak, lembut, dan tidak tajam. Contoh, mainan yang dapat
diurutkan dari yang kecil ke besar; mainan untuk masak-masakan, untuk minum;
bermain air sabun; bermain pasir; mobil-mobila; buku bergambar tanpa tulisan;
dan sebagainya.
c. Bermain
pura-pura (simbolik).
Menggunakan
alat-alat permainan atau benda-benda yang ada di sekitar seolah-olah sebagai
suatu benda. Contoh, menggunakan pisang/bekas gelas plastik air mineral/kaleng
susu sebagai telepon, menggunakan kotak-kotak sabun sebagai mobil, menggunakan
panci bekas dan sendok sebagai alat musik, serta lainnya.
2.
Anak Dua Tahun
Anak usia dua
tahun mulai mengalami perkembangan dalam gerakan kasar dan halus, juga mulai
bisa mengontrol gerakan tubuh, sehingga anak bangga dengan keberhasilan dalam
kegiatan fisik mereka. Karena kemampuan bahasa mulai berkembang, anak juga
mulai menggunakan bahasa. Beberapa contoh kegiatan bermainnya ialah bermain
palang (terbuat dari besi atau kayu) sejajar untuk bergelantungan; naik-turun
tangga; bermain gerobak untuk ditarik; perosotan; bermain di terowongan untuk
merangkak; bermainan dengan benda yang dapat dikendarai; bermain kepingan
gambar (puzzle) sederhana dengan potongan besar; manik-manik untuk dironce; tanah
liat, pasir, adonan sagu/terigu (penting untuk mempertajam indra, bukan untuk
menghasilkan suatu bentuk); dan sebagainya.
3.
Anak Tiga Tahun
Anak usia tiga
tahun sangat imajinatif (senang menciptakan tokoh-tokoh atau kegiatan yang
bersifat khayalan) dan mulai senang meniru apa yang dilakukan oleh orang
dewasa, terutama kedua orangtuanya. Kemampuan ananda untuk berteman juga
semakin meningkat, sehingga mereka sudah lebih baik dalam kegiatan berbagi,
menunggu giliran, dan bekerja sama dengan orang lain. Beberapa contoh kegiatan
bermainnya adalah permainan yang menggambarkan kegiatan dalam kehidupan
sehari-hari seperti bermain truk/mobil-mobilan, pasar-pasaran, boneka, balok,
tanah/pasir, spidol, pinsil gambar, dan krayon.
4.
Anak Empat Tahun
Anak usia ini
memiliki keseimbangan tubuh yang makin baik, gerakan halus lebih terampil, dan
mulai memiliki perencanaan tetapi masih suka berubah-ubah. Contoh kegiatan
bermainnya adalah berrmain sepeda, alat pertukangan, balok-balok yang lebih
kecil dengan bermacam bentuk, bola sepak, membaca buku (dengan gambar dan
tulisan), dan sebagainya.
5.
Anak Lima Tahun
Anak sudah
menunjukkan tanggung jawab untuk mengurus diri sendiri dan kepunyaannya.
Biasanya mereka juga membutuhkan pengarahan dari orang dewasa. Contoh kegiatan
bermainnya, antara lain: bermain menggunakan peralatan seni, seperti cat,
sikat, krayon, spidol, gunting, lem, tanah liat, dll.; peralatan pertukangan
atau masak-masakan, peralatan rumah tangga; alat permainan (ular tangga, halma,
monopoli, dll).
Ibu dan Ayah,
ingatlah, bermain merupakan cara anak belajar, tapi tetap yang paling utama
adalah bersenang-senang. Melalui bermain, Ibu dan Ayah dapat memberikan
pengalaman belajar yang bermacam-macam kepada ananda. Nah, supaya pengalaman
bermain ananda lebih banyak, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh Ibu
dan Ayah, yaitu:
1.
Waktu untuk bermain.
Ibu dan Ayah
hendaknya dengan sengaja menyempatkan diri dan menyediakan waktu untuk bermain
dengan anak. Kegiatan bermain dilakukan pada saat ananda memang menginginkannya
dan tidak pada jam-jam anak biasanya tidur. Misalnya, sesudah mandi dan makan
pagi atau sore.
2.
Ruangan bermain.
Bagaimana Ayah dan
Ibu mengatur ruangan dan ruangan seperti apa yang tersedia, akan memberi
pengaruh kepada cara bermain anak. Jangan menaruh hiasan kecil-kecil dan mudah
pecah di tempat yang mudah diambil oleh anak.
Kalau ruangan yang tersedia untuk anak bermain adalah ruang tamu, biasanya anak bermain dengan permainan yang tidak memerlukan banyak kegiatan berlari.
Kalau ruangan yang tersedia untuk anak bermain adalah ruang tamu, biasanya anak bermain dengan permainan yang tidak memerlukan banyak kegiatan berlari.
3.
Bahan dasar (utama) pembuatan mainan.
Saat ini
kebanyakan mainan terbuat dari plastik, berhati-hatilah dalam memilih mainan
yang cocok untuk anak kita. Bila memungkinkan Ayah dan Ibu dapat menggunakan
mainan dari bahan-bahan yang tersedia di alam, seperti menggunakan wortel bagi
bayi yang baru belajar menggigit.
4.
Pengalaman sebelumnya.
Pengalaman Ibu dan
Ayah bermain ketika kecil akan memengaruhi Ibu dan Ayah dalam melakukan
kegiatan bermain bersama ananda. Contoh, orangtua yang saat mereka kecil
diperbolehkan untuk main hujan-hujanan akan memperbolehkan anaknya untuk
melakukan hal yang sama.
5.
Mengamati.
Bila saat anak
bermain, Ibu dan Ayah ikut mengamati, maka akan cepat tanggap terhadap
kebutuhan anak dan dapat memberikan dukungan saat ananda mengalami kesulitan.
Misal, kalau Ayah dan Ibu melihat ada air di lantai, sebaiknya cepat dilap,
atau kalau melihat ujung meja terlalu tajam dan berbahaya untuk anak, maka
lapisi ujung meja sehingga tidak lagi berbahaya, dan sebagainya.
6.
Keterlibatan orang dewasa.
Keterlibatan orang
dewasa atau orangtua dalam kegiatan bermain anak, hendaknya tidak menjadi
pengganggu dan membuat anak tidak kreatif.
TIPS MEMILIH MAINAN ANAK
1. Mainan harus
bersih dan aman, sesuaikan dengan usia anak.
• Hindari mainan yang memiliki pinggiran tajam dan mudah pecah.
• Hindari mainan yang mengandung cat berbahaya.
• Hindari mainan dalam bentuk kecil-kecil karena dapat tertelan atau dimasukkan ke dalam lubang hidung/telinga anak.
2. Sebisa mungkin kurangi mainan yang menggunakan listrik atau baterai.
3. Sebisa mungkin anak memiliki kesempatan yang sama antara bermain di dalam ruangan dengan bermain di luar ruangan.
• Hindari mainan yang memiliki pinggiran tajam dan mudah pecah.
• Hindari mainan yang mengandung cat berbahaya.
• Hindari mainan dalam bentuk kecil-kecil karena dapat tertelan atau dimasukkan ke dalam lubang hidung/telinga anak.
2. Sebisa mungkin kurangi mainan yang menggunakan listrik atau baterai.
3. Sebisa mungkin anak memiliki kesempatan yang sama antara bermain di dalam ruangan dengan bermain di luar ruangan.